Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi resmi menambah 44% kursi kuota penerima program Bidikmisi 2019. Jumlah tersebut naik sekitar 57.200 kursi menjadi 130.000 penerima dibandingkan dengan tahun lalu. Pengalokasian program Bidikmisi 2019 diperuntukkan bagi perguruan tinggi negeri dan swasta termasuk pendidikan tinggi vokasi.
Direktur Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan Kemenristekdikti Ismunandar menyatakan, selain profesi dokter, dokter gigi, dokter hewan, perawat dan apoteker, dan mahasiswa difabel, Bidikmisi tahun ini juga menyasar profesi guru. Kendati demikian, Kemenristekdikti masih menghitung jumlah pembagian kuota untuk masing-masing penerima.
“Kami berharap program Bidikmisi tahun ini dapat berjalan lebih baik. Terus memberi asa generasi muda cerdas Indonesia dari seluruh pelosok negeri untuk menggapai pendidikan tinggi dan memutus rantai kemiskinan,” kata Ismunandar dalam konferensi pers di Gedung D Kantor Kemenristekdikti, Jakarta, Senin 14 Januari 2019.
Syarat mahasiswa penerima bidikmisi 2019
Ia menjelaskan, pendaftaran calon mahasiswa penerima Bidikmisi 2019 dilakukan melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN), Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN), Penelusuran Minat dan Kemampuan Politeknik Negeri (PMDK-PN), Ujian Masuk Politeknik Negeri (UMPN) serta Seleksi Mandiri pada PTN dan PTS.
Mekanisme pendaftaran melalui jalur SNMPTN dan SBMPTN tahun ini mengalami perubahan seiring dibentuknya Lembaga Tes Masuk Perguruan Tinggi (LTMPT). “Jadi dalam proses ini calon penerima Bidikmisi wajib terdaftar pada sistem dengan memasukkan Nomor Pokok Sekolah Nasional (NPSN) dan Nomor Induk Siswa Nasional (NISN) yang valid,” ujar Ismunandar.
Program Bidikmisi merupakan bantuan biaya pendidikan di perguruan tinggi dari pemerintah bagi warga miskin yang telah lulus jenjang SMA atau sederajat. Program tersebut menyeleksi calon penerima dengan menelusuri prestasi akademik.
Aplikasi dan pencairan bidikmisi 2019 per bulan
Ismunandar menuturkan, untuk meningkatkan layanan, saat ini pihaknya tengah mengembangkan Bidikmisi Apps yang mempunyai fitur menampilkan data diri, prestasi mahasiswa informasi pencairan dan pembayaran elektronik, tracer study, informasi terbaru serta fitur lapor. Aplikasi tersebut diharapkan dapat mempermudah penerima mendapatkan informasi mengenai Bidikmisi.
“Penerima Bidikmisi tahun ini akan mendapatkan bantuan biaya pendidikan dan biaya hidup sebesar Rp 700.000, naik dari Rp 650.000 per bulan pada tahun lalu,” katanya.
Menristekdikti Mohamad Nasir menegaskan, penambahan kuota Bidikmisi sebagai bentuk komitmen dari fokus kerja pemerintah yang memprioritaskan pengembangan kualitas sumber daya manusia (SDM). Menurut dia, dengan memotong mata rantai kemiskinan yang menyebabkan anak miskin tak mampu menyelesaikan pendidikan tinggi, daya saing SDM nasional akan meningkat.
Bantuan pendidikan tinggi untuk Indonesia timur
Ia mengklaim, sejak digulirkan pada 2010, penerima program Bidikmisi menunjukan prestasi akademik yang baik. “Sekitar 80% penerima bantuan meraih IPK di atas 3.00. Beasiswa Bidikmisi ini sangat barmanfaat badi masyarakat karena mereka bisa memiliki peluang besar untuk mendapatkan pekerjaan yang lebih baik,” ujar Nasir.
Selain Bidikmisi, pemerintah juga memberikan beasiswa Peningkatan Prestasi Akademik (PPA), beasiswa Afirmasi Pendidikan Tinggi (ADik) Papua, Papua Barat dan wilayah terdepan, terluar, dan tertinggal. Nasir menuturkan, sejauh ini, alumni Bidikmisi banyak yang sudah bekerja di perusahaan swasta, BUMN, guru maupun yang berwirausaha.*
sumber : pikiran rakyat
0 komentar:
Posting Komentar